Kamis, 27 Maret 2014

TULISAN 1 BAHASA INDONESIA







NAMA            : VICKY ANGGRAINI
NPM               : 17211269
KELAS           : 3EA17

PENALARAN DALAM KAITAN DENGAN PENULISAN ILMIAH

Penalaran adalah suatu proses berpikir secara logis melalui pengamatan dari panca indera dan menghasilkan sebuah kesimpulan atau konsep.

Penalaran memiliki dua metode, yaitu:
1. Metode Induktif
Seperti halnya paragraf, penalaran induktif ini maksudnya adalah menjelaskan suatu masalah/teori dari cakupan khusus, menjadi suatu simpulan yang umum. 
2. Metode Deduktif
Metode ini kebalikan dari induktif, yaitu penalaran deduktif adalah penalaran yang menjelaskan suatu masalah/teori dari cakupan umum, kemudian disimpulkan menjadi cakupan yang lebih kecil (khusus)
Teori/masalah yang dijelaskan, apabila telah melaui proses penalaran  tentu diharapkan dapat dibuktikan secara logis dan memiliki fakta-fakta yang menunjang asersi dari teori tersebut, sehingga tidak hanya dapat meyakinkan si pengamat/penalar, tetapi juga para pembaca.

      Unsur Penalaran Penulisan Ilmiah
Menurut Widjono, (2007 : 210), unsur penalaran penulisan ilmiah adalah sebagai berikut:
1)      Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2)      Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3)      Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
(a)      Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
(b)      Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar atau salahnya.
(c)      Proposisi hipotetik  yaitu persyaratan huungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
(d)     Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
(e)      Proposisi positif universal yiatu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
(f)       Proposisi positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif.
(g)      Proposisi negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
(h)      Proposisi negatif parsial, kebalikan dari proposisi negatif parsial.
4)      Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan teraraH
menuju suatu kesimpulan.
5)      Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6)      Sistematika yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7)      Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8)      Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9)      Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10)  Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya. Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa: metode analisis baik yang bersifat manual maupun yang berupa software. Selain itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
11)  Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12)  Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atas hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.

Penalaran dengan Penulisan Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.


SUMBER :
http://www.slideshare.net/crsandika/dalam-penulisan-karya-ilmiah

TULISAN 2 BAHASA INDONESIA

NAMA : VICKY ANGGRAINI
NPM : 17211269 
KELAS : 3EA17
 
METODE –METODE ILMIAH UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN ILMIAH 

A. Metode  Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik.

Dalam melakukan penelitian, metode ilmiah digunakan oleh peneliti sebagai alat untuk mencari informasi ilmiah, dengan tujuan mendapatkan kesimpulan atas apa yang sedang di teliti.

Metode ilmiah digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Karena metode ilmiah dilakukan dengan berbagai tahapan maka peneliti dapat dengan mudah menyimpulkan permasalahan atas masalah yang diteliti.

Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.


B. Syarat-syarat suatu pengetahuan dikatakan ilmilah
  1. obyektif, sesuai dengan obyeknya atau didukung fakta empirik
  2. metodik, diperoleh dengan cara tertentu yang teraur dan terkontrol
  3. sistematik
  4. berlaku umum
 C. Berikut langkah-langkah metode ilmiah:
  1. bersifat langsung dan tidak langsung, agar tepat dan benar melalui latihan dan menggunakan alat-alat yang telah ditera
  2. perumusan masalah, berupa pertanyaan meliputi 5W+1H
  3. perumusan hipotesis, dugaan atau jawaban sementara dari masalah. hipotesis harus didukung fakta agar mudah diuji, bersifat sederhana dan memiliki jangkauan yang jauh
  4. pengujian hipotesis atau eksperimen, melalaui penelitian sehingga diperoleh hasil kemudian dianalisis
  5. penarikan kesimpulan, setelah data dianalisis dapat diketahui hasilnya apakah data tersebut mendukung hipotesis atau tidak sehingga mudah untuk melakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
D. Contoh pemakaian metode ilmiah dalam pertanyaan ilmiah :

Jika seorang detektif sedang mengintrogasi penjahat, maka sang dekektif akan mengajukan beberapa pertanyaan, demi mengetahui bagaimana kejadian sebenarnya. Detektif melakukan introgasi dengan berbagai tahapan. Dengan begitu detektif dapat mengetahui apakah penjahat itu bersalah atau tidak.



SUMBER :





http://fachryaje.blogspot.com/2010/04/penggunaan-metode-ilmiah-dalam.html

Kamis, 20 Maret 2014

TUGAS 2 BAHASA INDONESIA



NAMA            : VICKY ANGGRAINI
NPM               : 17211269
KELAS           : 3EA17

TEORI-TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN METODE ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH

I. METODE ILMIAH

A. PENGERTIAN METODE ILMIAH
     
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
  1. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
  2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
  3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
  4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
B. KARAKTERISTIK METODE ILMIAH 

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
  
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.

C. LANGKAH-LANGKAH METODE ILMIAH

Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1.              Merumuskan masalah.
2.              Merumuskan hipotesis.
3.              Mengumpulkan data.
4.              Menguji hipotesis.
5.              Merumuskan kesimpulan.

Berikut penjelasan langkah-langkah metode ilmiah :
● Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

● Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

● Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

● Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

● Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

II. SIKAP ILMIAH 

A. PENGERTIAN SIKAP ILMIAH

Sikap ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan.

Pengertian sikap ilmiah menurut para ahli :
• Menurut Reid
(Gokhale dkk: 2009) sikap adalah “a positive or negativesentiment or mental state, that is learned and organized through experience onthe affective and conative responses of an individual toward some other individual, object, or event”. Menurut pandangan ini, sikap adalah keadaan mental positif atau negatif yang dipelajari dan disusun melalui tanggapan afektif dari seseorang terhadap orang lain, atau terhadap benda, atau terhadapkejadian.

• Menurut Carin dan Sund
(1980: 3) sikap ilmiah mencakup sikap :
1)ingin tahu
2)kerendahan hati
3)ragu terhadap sesuatu
4)tekad untuk maju, dan
5)berpikir terbuka.

• Menurut Kobala & Crawley
(Morrell dan Lederman: 76) bahwa“students’ attitudes toward science may have an effect on students’ motivation,interest, and achievement in the sciences”. Selanjutnya, Glick (Morrell danLederman: 76) mengatakan “students’ attitudes toward science appear to beshape by same factor: teachers, learning environment, self-concept, peers, and parental influence”. Dari pandangan-pandangan di atas, maka sikap pesertadidik terhadap sains dapat berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan peserta didik itu sendiri. Sikap terhadap sains adalah kcenderungan pada rasasenang dan tidak senang terhadap sains, misalnya menganggap sains sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya. Sikap peserta didik terhadap sains dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.Pendidik
b.lingkungan belajar
c.konsep diri
d.teman, dan
e.orang tua.

• Menurut Martin, dkk
(2005: 17) sikap-sikap ilmiah mencakup :
1) keinginan untuk mengetahui dan memahami
2) bertanya segala sesuatu
3) mengumpulkan data dan memberi arti berdasarkan data tersebut
4) menuntut verifikasi
5) berpikir logis, dan
6) mempertimbangkan gagasan-gagasan
Afektif yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim disebut scientific attitude. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

• Menurut White
(1998), wilayah sikap mencakup juga wilayahkognitif. Sikap dapat membatasi atau mempermudah peserta didik untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Peserta didik tidak akan berusaha untuk memahami suatu konsep jika dia tidak memilikikemauan untuk itu. Karena itu, sikap seseorang terhadap mata pelajaran sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan pembelajarannya.

B. SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI PENELITI

Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti harus memiliki sikap-sikap ilmiah, demi menunjang keabsahan hasil dari penelitian tersebut. Berikut sikap-sikap ilmiah yang di perlukan peneliti :

a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.

b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.
Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.

c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.

d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.
Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.

e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.

f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

g. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

h. Sikap tekun, Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.



SUMBER :