NAMA :
VICKY ANGGRAINI
KELAS :
3EA17
NPM : 17211269
Teori-teori yang Berhubungan dengan Penalaran
A. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi - proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
menalar.
Ciri-ciri penalaran :
1. Dilakukan dengan
sadar
2. Didasarkan oleh
sesuatu yang sudah diketahui
3. Berpikir logis,
dimana penalaran dibutuhkan pemikiran yang logis untuk dapat memahaminya.
4. Sifat analitik dari
proses berikutnya, sifat ini merupakan konsekuensi akibat suatu pola pikir
tertentu
5. Sistematis
6. Terarah dan
bertujuan
B. Konsep dan Simbol dalam Penalaran
Penalaran
juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan
dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud
penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya
adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata,
sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat(kalimat berita) dan penalaran
menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan
paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada
ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan
dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga
dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan
hasil dari rangkaian pengertian
C. Jenis-jenis Penalaran
1. Penalaran
Induktif
Penalaran
Induktif adalah proses menarik
kesimpulan yang berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan
fakta-fakta yang bersifat khusus.
Penalaran induktif tekait dengan
empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang
sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan
yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada
empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku
umum.
Dalam
penalaran induktif pun masih terdiri dari 3 bentuk penalaran :
a. Generalisasi
Adalah
proses penalaran yang tidak sesuai dengan peristiwa individual dalam menuju
kesimpulan umumnya.
Macam – macam generalisasi :
- Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan
kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum
diselidiki.
- Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena
untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
Contoh :
- Bunga
mawar terlihat cantik, dan baunya harum.
- Bunga
melati bunga yang cantik dan baunya harum.
Generalisasi
: Semua bunga cantik berbau harum
Pernyataan
“Semua bunga cantik berbau harum” hanya memiliki tingkat kebenaran yang masih
mungkin, karena kebenarannya pun juga belum diselidiki. Contoh kesalahan :
Bunga bangkai juga cantik, namun baunya tidak harum.
b. Analogi
Adalah
cara penarikan kesimpulan dari sebuah penalaran dengan membandingkan dua hal
yang mempunyai sifat sama. Analogi memiliki empat fungsi, yakni :
1) Membandingkan
beberapa orang yang memiliki kesamaan sifat
2) Meramalkan
kesamaan
3) Menyingkapkan
kekeliruan
4) Mengklasifikasi
Contoh :
Jangan kita seperti katak dalam tempurung, yang kita merasa hebat dalam wilayah
kita sendiri, namun sebenarnya kita belumlah apa-apa karena masih banyak yang
belum kita ketahui di luar sana.
c. Hubungan
Kausal
Adalah
penalaran yang didapat dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Penalaran
hubungan kausal masih terdiri dari tiga macam lagi :
1) Sebab
– akibat : Andi tidak hati-hati dalam mengendarai sepeda motor, sehingga
menjadikan ia mengalami kecelakaan.
2) Akibat
– sebab : Perut Ani sakit karena tadi pagi ia tidak sarapan.
3) Akibat
– akibat : Pak guru yang mengajar sejarah tidak berangkat ke sekolah, sehingga
nanti pelajaran sejarah akan kosong.
2. Penalaran
Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah suatu penalaran yang bermula dari peristiwa umum, yang telah
diketahui dan diyakini kebenarannya, dan menghasilkan kesimpulan baru yang
bersifat lebih khusus. Bentuk sederhana dari penalaran adalah silogisme, yaitu
proses penalaran dimana dari dua pernyataan ditarik dalam satu pernyataa baru
yang disebut konklusi.
Contoh :
Premis 1
: Jika matahari terik, maka jemuran akan kering
Premis 2
: Sekarang jemuran kering
Konklusi
: Maka matahari terik
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3
buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Nana adalah manusia
Jadi, Nana akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan
dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar